Rabu, 25 September 2019

Jenis-Jenis Satelit


a.     Global Positioning System (GPS
GNSS yang paling dikenal saat ini adalah GPS (Global Positioning System). GPS (Global Positioning System) adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi menggunakan satelit. Nama formalnya adalah NAVSTAR GPS, kependekan dari ‘NAVigation Satellite Timing and Ranging Global Positioning System’. Sistem yang dapat digunakan dalam segala cuaca, di desain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti dan juga informasi mengenai waktu, secara kontinyu diseluruh dunia.
Sistem ini didesain untuk memberikan posisi dan kecepatan tiga dimensi serta informasi mengenai waktu, secara kontinyu di seluruh dunia tanpa bergantung waktu dan cuaca, kepada banyak orang secara simultan. Pada saat ini, sistem GPS sudah sangat banyak digunakan orang di seluruh dunia dalam berbagai bidang aplikasi. Di Indonesia pun, GPS sudah banyak diaplikasikan, terutama yang terkait dengan aplikasi-aplikasi yang menuntut informasi tentang posisi ataupun perubahan posisi. Dibandingkan dengan sistem dan metode penentuan posisi lainnya, GPS mempunyai banyak kelebihan dan menawarkan lebih banyak keuntungan, baik dalam segi operasionalisasinya maupun kualitas posisi yang diberikan. Pada dasarnya GPS terdiri dari tiga segmen utama, yaitu segmen angkasa (space segment) yang terutama terdiri dari satelit-satelit GPS, segmen sistem kontrol (control system segment) yang terdiri dari stasiun-stasiun pemonitor dan pengontrol satelit, dan segmen pemakai (user segment) yang terdiri dari pemakai GPS termasuk alat-alat penerima dan pengolah sinyal dan data GPS. Ketiga segmen tersebut digambarkan secara skematik pada Gambar 1. [Abidin, 2007]



 
Gambar 1. Sistem Penentuan Posisi Global, GPS [Abidin, 2007]
1)       Segmen GPS
Pada dasarnya GPS terdiri atas tiga segmen utama, sebagai berikut:
a)     Segmen angkasa (space segment)
Segmen angkasa GPS terdiri dari satelit-satelit GPS serta roket-roket Delta peluncur satelit dari Cape Canaveral di Florida, Amerika Serikat. Satelit GPS bisa dianalogikan sebagai stasiun radio di angkasa, yang diperlengkapi dengan antena-antena untuk mengirim dan menerima sinyal-sinyal gelombang. Sinyal-sinyal tersebut selanjutnya diterima receiver GPS di/dekat permukaan bumi dan digunakan untuk menentukan informasi posisi, kecepatan, waktu serta parameter-parameter turunan lainnya.
Satelit GPS pada dasarnya terdiri dari:
(1)   Solar panel
Setiap satelit GPS mempunyai dua sayap yang dilengkapi dengan sel-sel pembangkit tenaga matahari yang merupakan sumber energi untuk satelit.
(2)   Komponen internal, meliputi jam atom dan pembangkit sinyal
(3)   Komponen eksternal, terdiri dari beberapa antenayang digunakan untuk menerima dan memancarkan sinyal-sinyal ke dan dari satelit GPS.
Berdasarkan periode operasionalisasinya, GPS dapat terbagi atas beberapa generasi, sebagai berikut:
(1)     Blok I (Initial Concept Validation Satellites)
Satelit Blok I adalah generasi satelit percobaan dan pertama kali diluncurkan pada tanggal 22 Februari 1978. Masa operasional total satelit tersebut 78,29 tahun dengan masa operasional rata-rata per sateliteb sekitar 7,8 tahun.
(2)     Blok II (Initial Production Validation Satellites)
Satelit Blok II adalah satelit GPS operasional generasi pertama yang diluncurkan mulai Februari 1989 sampai dengan Oktober 1990. Blok II didesain untuk meminimalkan interaksi dengan stasiun pemantau di bumi dan sebagian besar aktivitas pemeliharaan satelit dapat dilakukan tanpa mengganggu pengiriman sinyal.
(3)     Blok-IIA (Upgraded Production Satellites)
Satelit Blok II mulai diluncurkan pada November 1990 sampai dengan November 1997. Satelit Blok-IIA pada dasarnya identik dengan satelit Blok-II, dengan satu pengecualian yaitu seandainya stasiun pemantau satelit tidak dapat mengirimkan pesan navigasi baru ke satelit, maka satelit akan mampu mengirimkan pesan navigasi yang terakhir sampai dengan selama 180 hari
(4)     Blok-IIR (Replenishment Satellites)
Satelit pertama dari generasi Blok-IIR telah diluncurkan pada tanggal 17 Januari 1997, tetapi hancur karena kegagalan dalam proses peluncurannya. Karakteristik yang spesifik dari satelit Blok IIR adalah kemampuannya untuk melakukan navigasi yang sifatnya mandiri serta melakukan pengukuran jarak antar satelit.
(5)     Blok-IIF (Follow-On ‘Suistainment’ Satellites)
Satelit pertama dari Blok IIF direncanakan akan diluncurkan pada tahun 2007. Satelit GPS ini mempunyai navigasi yang lebih mandiri dari kendali sistem kontrol serta pemrograman ulang on-orbit yang relatif cepat.
(6)     Blok III
Satelit Blok III merupakan inisiatif dari Angkatan Udara Amerika Serikat yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan navigasi dan penentuan waktu berbasiskan satelit untuk 30 tahun mendatang. Satelit Blok III diperkirakan akan mulai diluncurkan mulai 2012.
Konstalasi standar dari satelit GPS terdiri dari 24 satelit yang menempati 6 bidang orbit yang bentuknya sangat mendekati lingkaran. Keenam bidang orbit mempunyai spasi sudut yang sama antar sesamanya. Meskipun begitu, setiap orbit ditempati oleh 4 satelit dengan interval antaranya tidak sama. Dengan adanya 24 satelit yang mengangkasa, 4 sampai dengan 10 satelit akan selalu dapat diamati pada setiap waktu darimanapun di permukaan bumi.
b)      Segmen sistem kontrol (control system segment)
Segmen sistem kontrol berfungsi mengontrol dan memantau operasional semua satelit GPS dan memastikan bahwa semua satelit berfungsi sebagaimana mestinya. Secara lebih spesifik, tugas utama dari segmen sistem kontrol, yaitu sebagai berikut:
(1)     Secara kontinyue memantau dan mengontrol sistem satelit.
(2)     Menentukan dan menjaga waktu sistem GPS
(3)     Memprediksi ephemeris satelit serta karakteristik jam satelit
(4)     Secara periodik meremajakan(update) navigation message dari setiap satelit
(5)     Melakukan manuver satelit agar tetap berada dalam orbitnya, atau melakukan relokasi untuk menggantikan satelit yang tidak sehat, seandainya diperlukan.
c)     Segmen pengguna (user segment)
Segmen pengguna terdiri dari para pengguna GPS. Alat penerima sinyal GPS (GPS receiver) diperlukan untuk menerima dan memproses sinyal dari satelit untuk digunakan dalam penentuan posisi, kecepatan, waktu maupun parameter turunan lainnya.
Komponen utama receiver, meliputi antena dengan preamplifier, pemroses sinyal pemroses data, osilasi presissi, unit pengontrolan receiver dan pemrosesan, catu daya, memori serta perekam data.
2)     Kemampuan GPS
GPS dapat memberikan informasi mengenai posisi, kecepatan dan waktu secara cepat, teliti, dan murah dimana saja di Bumi ini pada setiap waktu, siang maupun malam tanpa tergantung pada kondisi cuaca. Selain produk dasar (posisi, kecepatan dan waktu), terdapat parameter turunan lainnya yang dapat ditentukan dengan GPS, yaitu sebagai berikut:
a)       Percepatan
b)      Frekuensi
c)       Azimut Geodetik
d)      Attitude Parameters
e)       TEC
f)        WVC
g)      Parameter Orientasi Bumi
h)      Tinggi Orthometrik
i)        Undulasi Geoid
j)        Defleksi Vertikal
k)      Beragam aplikasi
l)        Parameter tinggi orthometrik, undulasi geoid dan defleksi vertikal perlu dikombinasikan dengan formasi eksternal dari sistem lainnya.
3)       Fungsi dan Kegunaan GPS
a)       GPS untuk Militer
GPS dapat dimanfaatkan untuk mendukung sistem pertahanan militer. Lebih jauh dari itu bisa memantau pergerakan musuh saat terjadi peperangan, juga bisa menjadi penuntun arah jatuhnya bom sehingga bisa lebih tertarget.
b)      GPS untuk Navigasi
Dalam kebutuhan berkendara sistem GPS pun sangat membantu, dengan adanya GPS Tracker terpasang pada kendaraan maka akan membuat perjalanan semakin nyaman karena arah dan tujuan jalan bisa diketahui setelah GPS mengirim posisi kendaraan kita yang diterjemahkan ke dalam bentuk peta digital.
c)       GPS untuk Sistem Informasi Geografis.
GPS sering juga digunakan untuk keperluan sistem informasi geografis, seperti untuk pembuatan peta, mengukur jarak perbatasan, atau bisa dijadikan sebagai referensi pengukuran suatu wilayah.
d)      GPS untuk Sistem Pelacakan Kendaraan
Fungsi ini hampir sama dengan navigasi, jika dalam navigasi menggunakan perangkat penerima sinyal GPS berikut penampil titik koordinatnya dalam satu perangkat, sedangkan untuk kebutuhan sistem pelacakan adalah alat penampil dan penerima sinyal berbeda lokasi. Contohnya kita bisa mengetahui lokasi kendaraan yang hilang dengan melihat titik kordinat yang dihasilkan dari alat yang terpasang dalam kendaraan tersebut, untuk melihatnya bisa melalui media smartphone atau alat khusus lainnya.
e)       GPS untuk Pemantau Gempa
Saat ini teknologi GPS yang terus ditingkatkan menghasilkan tingkat ketelitian dan keakuratan yang sangat tinggi sehingga GPS dapat dimanfaatkan untuk memantau pergerakan tanah di bumi. Dengan hal itu maka para pakar Geologi dapat memperkirakan kemungkinan terjadinya gempa di suatu wilayah.

b.     Global Navigation Satellite System (GLONASS)
Sistem satelit navigasi lainnya selain GPS yang cukup menjanjikan untuk digunakan adalah sistem satelit milik Rusia yang bernama GLONASS (Global Navigation Satelite). Pengembangan GLONASS telah dimulai pada tahun 1976. GLONASS mulai operasional pada tahun 1991, walaupun pengembangan konstelasi secara penuh terselesaikan pada tahun 1996.
GLONASS didesain untuk memberikan posisi, kecepatan dan waktu di mana saja di permukaan bumi pada setiap saat dan waktu tanpa tergantung cuaca. Prinsip penentuan posisinya adalah dengan mengukur jarak ke beberapa satelit sekaligus. Seperti halnya GPS sistem GLONASS didesain untuk operasional dengan 24 satelit. Dari jumlah konstelasi satelit tersebut, untuk sementara 7 satelit masih dimatikan dan 17 satelit telah beroperasi.
Dengan pusat pengendali darat berlokasi di Moscow, satelit GLONASS dapat menyiarkan data melalui stasiun pengendali di darat, namun demikian sistem satelit GLONASS belum mampu berdiri sendiri untuk satelit penentuan posisi, masih menggunakan sistem rangkap GPS+GLONASS terutama untuk para pengguna dalam Real Time Kinematic GPS (RTK-GPS), penerima yang dapat menggunakan satelit GLONASS untuk meningkatkan penentuan posisi berintegrasi dengan satelit GPS dan telah terbukti sangat menguntungkan di dalam suatu lingkungan yang sulit dicover satelit. Dalam peningkatan pengembangan sistem GLONASS dapat ditingkatkan ke dalam sistem komersil yang mampu bersaing di dalam pasar umum penggunan sistem GNSS.

c.     GALILEO
Saat ini Uni Eropa (European Union atau EU) bekerjasama dengan badan antariksa Eropa atau ESA sedang mengembangkan program GNSS Galileo. Pembagian tugas sebagai berikut: UE adalah bertanggung jawab utuk dimensi politik dan untuk pengaturan sasaran program pengembangan , kemudian ESA secara teknis mengembangkan dan mensahkan sistem satelit. Pengembangan program GNSS Galileo ini dilatarbelakangi karena para pengguna navigasi satelit tidak mempunyai alternatif pilihan selain menggunakan GPS atau GLONASS. Untuk itu maka tahun 1990-an Eropa merasa perlu untuk memiliki satelit sendiri. Satelit pertama yaitu Galileo In-Orbit Validation Element-A(GIOVE-A) dan satelit kedua GIOVE-B diluncurkan bulan april 2008.
Sistem Galileo didesain untuk memberikaan posisi dan kecepatan tiga dimensi yang teliti dan juga informasi mengenai waktu / frekuensi secara kontinyu di seluruh dunia tanpa tergantung waktu dan cuaca, serta mempunyai fungsi Search and Rescue (SAR) yang tidak dipunyai oleh sistem GPS maupun GLONASS. Segmen angkasa Galileo direncanakan akan mempnyai konstelasi operasi yang terdiri dari 30 satelit (27 operasional + 3 cadangan aktif) dengan spesifikasi sebagai berikut:
a)   Orbit berbentuk lingkaran dengan ketinggian satelit 23.222 km di atas permukaan bumi.
b)  Inklinasi orbit = 56 derajat
c)   Tiga orbit berspasi sama.
d)  9 operasional satelit berspasi samapada setiap orbit.
e)   1 satelit cadangan aktif pada setiap orbit.




Gambar 2. Konstelasi 30 satelit navigasi

Setiap satelit Galileo akan dilengkapi dengan dua jam atom yaitu Rubidium dan Hydrogen Master. Satelit-satelit tersebut akan memancarkan 10 sinyal navigasi yang berbeda yang dipancarkan menggunkan 4 gelombang pembawa yaitu E5a, e5b, E6, dan E2-L1-E1 dengan frekuensi tengah berada pada rentang frekuensi 1,1-1,6 Ghz. Karena itu, masing-masing satelit Galileo akan memancarkan kode yang berbeda satu dengan yang lainnya. Banyaknya sinyal yang dipancarkan sistem Galileo untuk melayani berbagai aplikasi yang umum dinamakan the open service (OS), safety of life (SOL), commercial service (CS) dan public regulated service (PRS). Dalam hal ini, pemisahan dibuat untuk memisahkan sinyal yang mengandung data navigasi atau kanal data dan sinyal yang tidak membawa data yang dinamakan kanal pilot. Kelaikpakaian sistem Galileo akan dikontrol oleh dua Galileo Control Centres (GCC) yang berada di Eropa serta 20 Galileo Sensor Stations (GSS) yang ditemptkan di seluruh dunia.

d.     Sistem Satelit Navigasi BeiDou
Sistem Satelit Navigasi BeiDou atau BeiDou Navigation Satellite System (BDS) adalah sistem satelit yang sedang dikembangkan China untuk menentukan lokasi bagi keperluan militer. China mengembangkan satelit Beidou ini untuk mengurangi ketergantungan terhadap sistem satelit navigasi GPS dan GLONASS. Sistem ini terdiri dari dua satelit yang terpisah yang merupakan sebuah sistem uji terbatas yang telah beroperasi sejak tahun 2000, dan sistem navigasi global skala penuh yang saat ini sedang dibangun. Sistem BeiDou pertama, yang secara resmi disebut Sistem Eksplorasi Navigasi BeiDou Satellite dan juga dikenal sebagai BeiDou-1A dan Beidou-1B yang diluncurkan masing-masing pada bulan Oktober 2000 dan Desember 2000. Sistem ini terdiri dari tiga satelit dan menawarkan cakupan terbatas dan aplikasi.
Generasi kedua dari sistem ini, yang secara resmi disebut BeiDou Navigation Satellite System (BDS) dan juga dikenal sebagai COMPASS atau BeiDou-2, akan menjadi sistem navigasi satelit global yang terdiri dari 35 satelit, dan sedang dibangun mulai Januari 2015. Satelit ini mulai beroperasi di China pada bulan Desember 2011, dengan 10 satelit digunakan, dan mulai menawarkan layanan kepada pelanggan di kawasan Asia Pasifik pada bulan Desember 2012. Maskapai ini direncanakan untuk mulai melayani pelanggan global pada saat selesai pada tahun 2020. Pada tahun 2015, China memulai pembangunan sistem BeiDou generasi ketiga (BDS-3) di konstelasi cakupan global. Satelit BDS-3 pertama diluncurkan 30 Maret 2015. Pada bulan Februari 2016, lima satelit validasi BDS-3 in-orbit telah diluncurkan.
Menurut China Daily, setelah lima belas tahun sistem satelit ini diluncurkan, telah menghasilkan omset $ 31,5 miliar per tahun untuk perusahaan besar seperti China Aerospace Science and Industry Corp, AutoNavi Holdings Ltd, dan China North Industries Group Corp. BeiDou telah digambarkan sebagai sistem navigasi satelit potensial untuk menyalip GPS dalam penggunaan global, dan diharapkan lebih akurat daripada GPS setelah selesai sepenuhnya. Generasi ketiga BeiDou saat ini mengklaim mencapai akurasi tingkat milimeter (dengan pemrosesan pasca), yang sepuluh kali lebih akurat daripada tingkat GPS terbaik.

e.     Quasi-Zenith Sistem Satelit (QZSS)
Pada tahun 2003 Jepang sebagai negara yang maju secara teknologi memulai sebuah proyek dengan nama Quasi-Zenith Sistem Satelit (QZSS) atau dalam bahasa jepang Jun-Ten-Cho (Miljenko, 2007). QZSS akan meningkatkan kinerja GPS dalam dua cara yaitu peningkatan ketersediaan sinyal GPS, dan peningkatan performa GPS (mencakup akurasi dan keaslian sinyal GPS).
QZSS terdiri dari 3 (tiga) satelit dan akan memberikan layanan posisi satelit secara regional serta komunikasi dan broadcasting. Setiap satelit akan berada dalam 3 bidang orbit yang berbeda, dimana mempunyai kemiringan 45 derajat terhadap Geostationary orbit (GEO). Satelit pertama yang diberi nama Michibiki telah diluncurkan pada tanggal 11 September 2010. QZSS ini beroperasi secara penuh pada tahun 2013. Dalam orbitnya tersebut, satelit QZSS akan melengkapi sistem GNSS lainnya yang selama ini digunakan jepang. Selain itu QZSS akan mencakup wilayah Australia dan daerah Asia. Sistem satelit QZSS diaplikasikan untuk menyediakan layanan berbasis komunikasi dan informasi posisi.
 

Gambar 3. Orbit QZSS

f.      India Regional Navigation Satellite System (IRNSS)
IRNSS adalah sistem satelit navigasi yang dikembangkan oleh badan antariksa India India Space Research Organisation (ISRO) yang berada di bawah kontrol pemerintah India. Konstelasi IRNSS akan terdiri dari 7 (tujuh) satelit, 3 (tiga) diantaranya di orbit GEO (34° E, 83° E dan 131,5° E), dan 4 (empat) di GSO dengan kemiringan 29 derajat terhadap bidang ekuator seperti yang ditunjukkan pada gambar 2-3b. Semua satelit akan terus terlihat di wilayah India selama 24 jam setiap hari. Sistem IRNSS akan menyediakan dua jenis layanan yaitu Service Standard Positioning (SPS), dan Restricted Service For Special User (layanan terbatas untuk pengguna khusus). Kedua layanan ini akan disediakan pada frekuensi band L5 dan S-band, aplikasi satelit ini digunakan untuk pemetaan, penentuan posisi dan akurasi cuaca yang lebih baik (Sumber: Satellite Navigation, 2010). Sistem IRNSS dapat memberikan akurasi posisi absolut yang lebih baik dari 10 meter (33 kaki) di seluruh daratan India dan lebih baik dari 20 meter (66 kaki) di Samudra Hindia serta wilayah yang membentang sekitar 1500 km di seluruh India. 



Gambar 4. Pelayanan Regional (a), Konstelasi IRNSS (b)

g.   DORIS
Doris merupakan kependekan dari Doppler Orbitograhy and Radio-positoning Integrated by Satellite. Sistem navigasi berbasis satelit ini dikembangkan oleh Perancis, kerjasama dengan CNES (Centre National D’Etude Spatiale), IGN (Institute de Geographie Nationale) dan GRDS (Groupement de Research Geodetique Spatiale). Sistem Doris memiliki dua komponen utama yang ditempatkan di satelit terdiri dari antena dan Osilator, sedangkan yang berada di permukaan bumi berupa jaringan global Stasiun Doris Beacons, yang pada tahun 2008 terdiri dari 61 buah yang tersebar di berbagai penjuru dunia dan slah satunya berada di Cibinong dioperasikan oleh Bakosurtanah/BIG.
Seperti halnya sistem navigasi lainnya, sistem Doris bekerja berdasar Effect Doppler yaitu terjadinya pergeseran antara frekuensi dipancarkan oleh pemancar (transmitter) dan frekuensi yang diterima oleh penerima (receiver). Frekuensi akan meningkat bila antara pemancar dan penerima terjadi pergerakan relatif ke arah salaing mendekat satu terhadap yang lain dan frekuensi akan menurun bila terjadi pergerakan sebaliknya saling menjauh. Setipa stasiun Doris Beacons memancarkan dua pita frekuensi yang berbeda yaitu 2,036.25 MHz dan 401.25 MHz. Alat penerima di satelit menganalisa sinyal-sinyal yang diterimanya untuk menghitung kecepatan satelit relatif kepada Bumi dan hasilnya akan menjadi masukan bagi model untuk determinasi posisi orbit satelit dengan tingkat ketelitan hingga Cm pada jarak vertikal. Sistem Dris banyak digunakan pada sejumlah satelit untuk kepentingan penentuan posisi, altimetri, dan pemantauan gerakan kutub Bumi, pemantauan dalam rangka kontribusi pada ITRF (international Terestrial Reference Frame) serta pemantauan gerakan lempeng tektonik. Disamping itu sistem Doris juga diaplikasikan untuk penyermpurnaan model medan gravitasi Bumi dan Geoid serta pengukuran waktu baik di satelit maupun dalam kerangka  kerja TAI (Time Atomic International).

                                           Gambar 5. Doris Beacons Electronic 


                                                     Gambar 6. Doris Beacons Antenna

Pengertian GNSS (Global Navigation Satellite System)


GNSS (Global Navigation Satellite System) adalah suatu sistem satelit  yang terdiri dari konstelasi satelit yang menyediakan informasi waktu dan lokasi (lintang, bujur dan ketinggian), memancarkan macam-macam sinar dalam berbagai frekuensi secara terus menerus, yang tersedia di semua lokasi diatas permukaan bumi. GNSS memiliki peranan penting dalam navigasi. GNSS yang ada saat ini adalah GPS (Global Positioning System) yang dimiliki dan dikelola oleh Amerika Serikat, GLONASS (Global Navigation Satellite System) milik Rusia, Galileo milik Uni Eropa, dan Compass atau Beidou milik Cina. Serta terdapat pula sistem navigasi yang beroperasi secara regional pada wilayah negara tertentu seperti IRNSS (Indian Regional Navigation Satellite System) dikembangkan oleh India, sistem navigasi QZSS (Quasi Zenith Satellite System) yang dikembangkan oleh Jepang, dan sistem navigasi DORIS yang dikembangkan oleh negara Perancis. 
Konsep dasar penentuan posisi dengan GNSS adalah reseksi jarak, yaitu dengan pengukuran jarak secara simultan ke beberapa satelit GNSS yang koordinatnya telah diketahui. Secara vektor, prinsip dasar penentuan posisi dengan GNSS diperlihatkan pada gambar berikut.
                       



 


Gambar 1 : Prinsip dasar penentuan posisi dengan GNSS  (pendekatan vektor)
Pada pengamatan dengan GNSS, yang dapat diukur adalah jarak antara pengamat dengan satelit (bukan vektornya), agar posisi pengamat dapat ditentukan maka dilakukan pengamatan terhadap beberapa satelit sekaligus secara simultan. Gambar berikut adalah ilustrasi prinsip dasar penentuan posisi dengan GNSS.

 

Gambar 2 : Prinsip dasar penentuan posisi dengan GNSS

Koordinat titik-titik yang dihasilkan dari suatu survai GNSS adalah posisi titik 3-D yang mengacu pada datum WGS-84 dalam sistem koordinat kartesian (X,Y,Z) dan geodetik (L,B,H).


 

Gambar 3 : Sistem koordinat GNSS

Dilihat dari fungsinya, secara umum receiver GNSS dapat diklasifikasikan secara sistematik pada gambar berikut.

                                   
Gambar 4 : Klasifikasi Receiver GNSS

Receiver GNSS untuk penentuan posisi pada dasarnya dapat dibagi atas receiver tipe navigasi, tipe pemetaan (mapping), dan tipe geodetic. Receiver tipe navigasi yang kadang disebut tipe genggam (handheld receiver) umumnya digunakan untuk penentuan posisi absolute secara instan yang tidak menuntut ketelitian tinggi. Receiver navigasi tipe sipil dapat memberikan ketelitian posisi sekitar 5-10 m, dan tipe militer sekitar 3-5 meter. Harga receiver tipe navigasi umumnya relatif murah.
Seperti halnya receiver tipe navigasi, receiver GNSS tipe pemetaan (mapping) juga memberikan data pseudorange (kode C/A). hanya bedanya, pada receiver tipe pemetaan, data tersebut direkam dan dapat kemudian dipindahkan ke computer untuk diproses lebih lanjut. Oleh sebab itu, tidak seperti halnya receiver tipe navigasi, receiver tipe pemetaan dapat digunakan untuk penentuan posisi secara diferensial, dan dalam hal ini ketelitian yang dapat diperoleh adalah sekitar 1-2 meter.
Dari ketiga receiver GNSS untuk penetuan posisi, tipe geodetik adalah tipe receiver yang relative paling canggih, paling mahal dan juga memberikan data yang paling presisi. Oleh sebab itu, receiver tipe geodetic umumnya digunakan untuk aplikasi-aplikasi yang menuntut ketelitian yang relative tinggi dari orde cm sampai mm, seperti untuk pengadaan titik – titik control geodesi, pemantauan deformasi, dan studi geodinamika. Berdasarkan pada jumlah data yang diamati, dikenal tipe geodetik satu frekuensi dan dua frekuensi. Tipe geodetik satu frekuensi hanya merekam data pseudorange dan fase dari sinyal L1, sedangkan tipe dua frekuensi juga merekan data dari sinyal L2.


                            
Gambar 5 : Macam Tipe GNSS

Satelit GNSS memancarkan sinyal-sinyal, pada prinsipnya untuk “memberi tahu” si pengamat sinyal tersebut tentang posisi satelit yang bersangkutan serta jaraknya dari si pengamat beserta informasi waktunya, seperti yang diilustrasikan pada gambar berikut.

           
Gambar 6 : Informasi yang dikandung sinyal GNSS

JENIS-JENIS KESALAHAN DALAM PENGUKURAN KADASTRAL

NO
JENIS KESALAHAN
KARAKTERISTIK
SUMBER
CARA DETEKSI
CARA PENANGANAN
CARA ELIMINASI
1
Kesalahan Kasar/Besar/Blunder
Nilai pengukuran menjadi sangat besar/kecil/berbeda bila dibandingkan dengan nilai ukuran yang seharusnya.
Kesalahan Manusia
Hasil pengukuran yang tidak homogen
Harus dideteksi dan dihilangkan dari hasil pengukuran
Cek secara hati-hati semua objek yang akan diukur.
Melakukan pembacaan hasil ukuran secara berulang untuk mengecek kekonsistenan
Memverifikasi hasil yang dicatat dengan yang dibaca
Mengulangi seluruh pengukuran secara mandiri untuk mengecek kekonsistenan data
Penggunakan rumus aljabar atau geometrik sederhana untuk mengecek kebenaran hasil ukuran. Misalnya dalam pengukuran sudut sebuah segitiga, jumlah ketiga sudutnya sama dengan 180
2
Kesalahan Sistematik
Terjadi berdasarkan sistem tertentu (deterministic system) yang dapat dinyatakan dalam hubungan ungsional (hubungan matematik) tertentu dan mempunyai nilai yang sama untuk setiap pengukuran yang dilakukan dalam kondisi yang sama
Kesalahan Alat Ukur
Hasil pengukuran menyimpang dari hasil pengukuran yang seharusnya
Harus dideteksi dan dikoreksi dari nilai pengukuran, contohnya dengan melakukan kalibrasi alat sebelum pengukuran
Dengan cara-cara pengukuran tertentu (Pengamatan biasa dan luar biasa dan hasilnya dirata-rata)
Kalibrasi peralatan
Koreksi pada pengolahan data
3
Kesalahan Acak (Random)
1.     Kesalahan yang masih terdapat pada pengukuran setelah blunder dan kesalahan sistematik dihilangkan
2.     Selalu akan terjadi pada setiap pengukuran dan sifatnya acak, peluang kesalahan berharga (+) dan (-) sama.
Kesalahan Alat Ukur
Tidak memiliki hubungan fungsional yang dapat dinyatakan dalam model deterministik, tetapi dapat dimodelkan menggunakan model stokastik (berdasarkan teori probabilitas)
Tidak dapat dihilangkan tetapi dapat diminimalkan dengan melakukan pengukuran berulang dan melakukan hitung perataan terhadap hasil pengukuran dan kesalahan pengukuran. Salah satu metode yang sering digunakan dalam hitung perataan adalah metode perataan kuadrat terkecil
Menggunakan alat presisi tinggi
Kesalahan Manusia
Waktu pengambilan data pagi pukul 07.00-11.00 dan sore pukul 14.00-17.00
Kesalahan Faktor Alam
Menggunakan metode pengolahan data tertentu (Rafis, Bouwditch, Perataan, Kuadrat Terkecil, dll)



Senin, 13 Mei 2019

Travel Cost Metode


Travel Cost Metode yaitu Premis dasar dari TCM adalah bahwa waktu dan biaya perjalanan yang dibelanjakan oleh individu untuk mengunjungi suatu lokasi mencerminkan “HARGA” bagi akses ke lokasi itu. TCM merupakan teknik yang pertama kali mengasumsikan bahwa nilai suatu tempat rekreasi berkaitan dengan biaya perjalanan yang dikeluarkan para pengunjung atau,  logika sederhana metode ini, yaitu nilai manfaat dari suatu situs/kawasan akan setara dengan biaya perjalanan yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengunjungi situs tersebut (Turner, 2004 dalam Adrianto, 2010).
Travel cost method dapat diterapkan di bidang-bidang :
1.     Tempat rekreasi
2.     Cagar alam, taman nasional, hutan yang digunakan untuk rekreasai
3.     Bendungan, waduk, hutan, wisata laut
4.     Kilang minyak
Travel cost method (TCM) memiliki tiga pendekatan, yaitu:
1.     Zonal travel cost , dapat dilakukan hanya dengan menggunakan data sekunder dan beberapa data sederhana yang dikumpulkan dari para pengunjung.
2.     Individual travel cost, menggunakan sebuah survei yang lebih terperinci terhadap para pengunjung.
3.     Random utility, menggunakan survey dan data -data pendukung lainnya, serta teknik statistika yang lebih rumit.
Setidaknya ada tiga metode yang digunkan untuk menentukan nilai WTP dari seseorang untuk perbaikan lingkungan yaitu:
Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang diperolehnya.
1.     Revealed Willingness to Pay Metode ini mengungkapkan nilai willingne ss to pay dengan menghubungkannya pada sesuatu yang memiliki nilai pasar.
2.     Imputed Willingness to Pay Metode ini mengungkapkan nilai willingness to pay dengan melihat berapa besar pengeluaran seseorang untuk mengurangi dampak dari buruknya kualitas lingkungan terhadap dirinya.
3.     Expressed Willingness to Pay Metode ini mengungkapkan nilai willingness to pay dengan menggunakan survei untuk menanyakan secara langsung pada seseorang terhadap perubahan kualitas lingkungan yang didasarkan pada sebuah skenario hipotesis.
Sumber data dalam menggunakan metode ini dapat menggunakan 2 sumber data yaitu :
1.     Data primer
Data Primer didapatkan dari penelitiaan secara langsung terhadab Objek penelitian yang didasarkan dari hasil kerja lapangan dalam bentuk surve dan wawancara dari wisatawan yang seadang berkunjung di Tempat Wisata.
2.     Data Sekunder
Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Kantor Dinas Pariwisata (Disparta), dan Instansi Pemerintahan Kabupaten/Kota.
Kelebihan dari metode ini dapat mengestimasi manfaat-manfaat ekonomi atau biaya-biaya sebagai hasil dari:
1.     Perubahan-perubahan biaya masuk dari sebuah situs rekreasi.
2.     Pengeluaran terhadap sebuah situs rekreasi yang ada.
3.     Tambahan sebuah tempat rekreasi baru
4.     Perubahan kualitas lingkungan pada sebuah situs rekreasi.
Kekurangan dalam menggunakan ini (Turner, 2004 dalam Adrianto, 2010)., yaitu:
1.     Time costs, sebuah TCM sederhana mengasumsikan bahwa travel cost hanya berkaitan dengan pengeluaran untuk bahan bakar. Seharusnya, sebuah time cost dimasukkan ke dalam travel cost sebagai sebuah refleksi dari nilai rekreasi sesungguhnya dari para pengunjung.
2.     Multiple visit journeys, tak jarang para pengunjung dapat mengunjungi lebih dari satu tempat rekreasi dalam satu hari sehingga mengakibatkan travel cost memiliki margin for error yang tidak pasti terhadap masalah ini.
3.     Substitute sites, para pengunjung seringkali mengunjungi sebuah situs yang diukur nilainya dengan TCM hanya sebagai situs pengganti dikarenakan tidak adanya lagi situs yang dekat dengan rumah mereka.
4.     House purchase decision, sebagian pengunjung akan memutuskan untuk membeli sebuah rumah di dekat tempat rekreasi yang dianggap telah memberikan nilai kepuasan saat mengunjunginya.

Nilai Ekonomi Total


Nilai ekonomi total (NET) merupakan  penjumlahan dari nilai guna langsung, nilai guna tidak langsung dan nilai non guna, dengan formulasi sebagai berikut (Pearce, 1992).
NET = Nilai Guna Langsung + Nilai Guna Tidak Langsung + Nilai Pilihan +  Nilai Keberadaan
·       Nilai guna langsung merupakan nilai dari manfaat yang langsung dapat diambil dari sumber daya. Sebagai contoh manfaat penggunaan sumber daya sebagai input untuk proses produksi atau sebagai barang konsumsi.
·       Nilai guna tidak langsung, yaitu nilai dari manfaat yang secara tidak langsung dirasakan manfaatnya, dan dapat berupa hal yang mendukung nilai guna langsung, seperti berbagai manfaat yang bersifat fungsional yaitu berbagai manfaat ekologis sumber daya.
·       Nilai pilihan, mengacu kepada nilai penggunaan langsung dan tidak langsung yang berpotensi dihasilkan di masa yang akan datang. Hal ini meliputi manfaat-manfaat sumber daya alam yang “disimpan atau dipertahankan” untuk kepentingan yang akan datang (sumber daya yang disisihkan untuk panen yang akan datang), apabila terdapat ketidakpastian akan ketersediaan sumber daya tersebut, untuk pemanfaatan yang akan datang.
·       Nilai bukan guna yaitu semua manfaat yang dihasilkan bukan dari hasil interaksi secara fisik antara sumber daya dan konsumen (pengguna). 
·       Nilai bukan guna meliputi manfaat yang tidak dapat diukur yang diturunkan dari keberadaan sumber daya di luar nilai guna langsung dan tidak langsung.
Nilai bukan guna terdiri atas nilai keberadaan dan nilai warisan.
·       Nilai keberadaan adalah nilai kepedulian seseorang akan keberadaan suatu sumber daya berupa  nilai yang diberikan oleh masyarakat kepada kawasan hutan atas manfaat spiritual, estetika dan kultural.
·       Nilai warisan adalah nilai yang diberikan masyarakat yang hidup saat ini terhadap sumber daya, agar tetap utuh untuk diberikan kepada generasi akan datang.
Nilai-nilai ini tidak terefleksi dalam harga pasar (Bishop, 1999)

Mengenal Apa Itu Metode Penelitian : Pengertian, Macam-Macam, dan Contohnya

  Pengertian Dari Metode Penelitian Penelitian sendiri berasal dari bahasa Inggris, yaitu research, yang berasal dari dua kata yaitu re dan ...