A. Sistem UTM (Universal Transvers Mercator )
Sistem UTM (Universal Transvers Mercator ) dengan
system koordinat WGS 84 sering digunakan pada pemetaan wilayah Indonesia. UTM
menggunakan silinder yang membungkus ellipsoid dengan kedudukan sumbu
silindernya tegak lurus sumbu tegak ellipsoid (sumbu perputaran bumi) sehingga
garis singgung ellipsoid dan silinder merupakan garis yang berhimpit dengan
garis bujur pada ellipsoid. Pada system proyeksi UTM didefinisika posisi
horizontal dua dimensi (x,y) menggunakan proyeksi silinder, transversal, dan
conform yang memotong bumi pada dua meridian standart. Seluruh permukaan bumi
dibagi atas 60 bagian yang disebut dengan UTM zone. Setiap zone dibatasi oleh
dua meridian sebesar 6° dan memiliki meridian tengah sendiri. Sebagai contoh,
zone 1 dimulai dari 180° BB hingga 174° BB, zone 2 di mulai dari 174° BB hingga
168° BB, terus kearah timur hingga zone 60 yang dimulai dari 174° BT sampai
180° BT. Batas lintang dalam system koordinat ini adalah 80° LS hingga 84° LU.
Setiap bagian derajat memiliki lebar 8 yang pembagiannya dimulai dari 80° LS
kearah utara. Bagian derajat dari bawah (LS) dinotasikan dimulai dari C,D,E,F,
hingga X (huruf I dan O tidak digunakan). Jadi bagian derajat 80° LS hingga 72°
LS diberi notasi C, 72° LS hingga 64° LS diberi notasi D, 64° LS hingga 56° LS
diberi notasi E, dan seterusnya.
Ketentuan UTM
1. Bidang
silinder memotong bola bumi pada dua buah meridian yang disebut meridian
standar dengan faktor skala 1.
2. Lebar
zone 6° dihitung dari 180° BB dengan nomor zone 1 hingga ke 180° BT dengan
nomor zone 60. Tiap zone mempunyai meridian tengah sendiri.
3. Perbesaran
di meridian tengah = 0,9996.
4. Batas
paralel tepi atas dan tepi bawah adalah 84° LU dan 80° LS.
Ciri Proyeksi UTM
Ciri proyeksi UTM adalah :
1. Proyeksi
bekerja pada setiap bidang Ellipshoid yang dibatasi cakupan garis meridian
dengan lebar yang disebut
zone.
2. Proyeksi
garis meridian pusat (MC) merupakan garis vertikal pada bidang tengah poyeksi.
3. Proyeksi
garis lingkar equator merupakan garis lurus horizontal di tengah bidang
proyeksi.
4. Grid
merupakan perpotongan garis-garis yang sejajar dengan dua garis proyeksi pada
butir dua dan tiga dengan interval sama. Jadi garis pembentukan gridn bukan
hasil dari garis Bujur atau Lintang Ellipshoide (kecuali garis Meridian Pusat
dan Equator).
5. Penyimpangan
arah garis meridian terhadap garis utara grid di Meridian Pusat = , atau garis arah meridian yang
melalui titik luar Meridian Pusat tidak sama dengan garis arah Utara Grid Peta
yang disebut Konvegerensi Meridian. Dalam luasan dan skala tertentu tampilan
simpangan ini dapat diabaikan karena kecil.
UTM digunakan sebagai sistem Proyeksi Pemetaan
Nasional
Universal Transverse
Mercator (UTM)
merupakan sistem proyeksi yang digunakan secara nasional di wilayah Indonesia.
Berikut ini akan dijelaskan lasan mengapa sistem UTM dipakai :
1. Kondisi
geografi negara Indonesia membujur disekitar garis khatulistiwa atau garis
lintang equator dari barat sampai ke timur yang relative seimbang.
2. Untuk
kondisi seperti ini, sistem proyeksi Tansverse Mecator/ Silinder Melintang
Mecator adalah paling ideal (memberikan hasil dengan distorsi mnimal).
3. Dengan
pertimbangan kepentingan teknis maka akan dipilih sisatem proyeksi Universal
Transverse Mecator yang memberikan batasan luasan bidang antara dua garis bujur dan
ellipsoide yang dinyatakan sebagai zone.
Kelebihan
dan Kekurangan Sistem Koordinat UTM
Berikut ini adalah beberapa
kelebihan koordinat UTM :
- Proyeksinya (sistem sumbu) untuk setiap zona sama
dengan lebar bujur 6 .
- Transformasi koordinat dari zona ke zona dapat
dikerjakan dengan rumus yang sama untuk setiap zona di seluruh dunia.
- Penyimpangannya cukup kecil, antara... -40 cm/
1000m sampai dengan 70 cm/ 1000m.
- Setiap zona berukuran 6 bujur X 8 lintang
(kecuali pada lintang 72 LU-84 LU memiliki ukuran 6 bujur X 12 lintang).
Peta UTM
Dunia
Peta UTM Indonesia
B.
Sistem
Koordinat TM-3˚
Sistem koordinat ini memodifikasi sistem
koordinat yang sudah ada sebelumnya yaitu UTM (Universal Transverse Mecantor)
WGS 1984, dengan cara membagi sistem proyeksi UTM 6 derajat ke 3 derajat.
Sehingga dalam satu zona UTM 49 selatan misalnya, terdiri dari 2
zona TM-3˚, yaitu TM-3˚ zona 49.1 dan TM-3˚ zona 49.2.
Sistem koordinat ini merupakan sistem yang digunakan oleh Badan Pertanahan
Nasional (BPN) karena dianggap memiliki akurasi koordinat posisi lokasi yang
tinggi. Dengan demikian, dapat dikatakan jika sistem koordinat TM-3˚ merupakan
turunan dari sistem koordinat UTM. Sistem
koordinat TM-3˚ juga mempunyai beberapa karakteristik,
yaitu silinder, konform, tangent, transversal, zone proyeksinya 3°, faktor
skala di meridian sentral = 0.9999, titik nol sumbu y dari sistem koordinat
peta terletak pada garis equator, titik nol sumbu x dari sistem koordinat peta
terletak pada garis meridian sentral , Absis semu (T) : 200 000 meter
+ X dan Ordinat semu (U) : 1 500 000 meter + Y.
Adapun
ciri-ciri dari system
grid
TM3 adalah :
·
Memiliki lebar zona 3 derajat yang
dibagi secara simetris dalam arah barattimur oleh meridian sentral, dan dalam
arah utara-selatan oleh garis ekuator.
·
Titik nol (titik asal) koordinat untuk
setiap zona adalah perpotongan meridian
sentral
dengan garis ekuator.
· Menggunakan
sistem koordinat dua dimensi (x,y) atau dinyatakan dengan
(timur, utara), dengan sumbu x (timur atau easting) berhimpit dengan garis
44 ekuator dan mengarah ke timur peta dan sumbu y (utara atau northing)
berhimpit dengan meridian sentral dan mengarah ke utara peta.
(timur, utara), dengan sumbu x (timur atau easting) berhimpit dengan garis
44 ekuator dan mengarah ke timur peta dan sumbu y (utara atau northing)
berhimpit dengan meridian sentral dan mengarah ke utara peta.
· Faktor
skala pada meridian sentral adalah 0,9999.
· Untuk
belahan bumi bagian selatan dapat digunakan nilai utara semu (false
northing) sebesar 1.500.000 meter, dan untuk belahan bumi bagian timur
digunakan nilai timur semu (false easting) sebesar 200.000 meter.
northing) sebesar 1.500.000 meter, dan untuk belahan bumi bagian timur
digunakan nilai timur semu (false easting) sebesar 200.000 meter.
· Indonesia
dibagi atas 16 zona, dan aturan penomeran zona dimulai dari zona
46.2, yaitu pada meridian 93 derajat T dan 96 derajat T, lalu meningkat
sampai zona 54.1, yaitu pada meridian 138 derajat T dan 141 derajat T.
46.2, yaitu pada meridian 93 derajat T dan 96 derajat T, lalu meningkat
sampai zona 54.1, yaitu pada meridian 138 derajat T dan 141 derajat T.
· Cakupan
lintang untuk setiap zona adalah 6 derajat utara dan 11 derajat
selatan.
selatan.
Peta
Pembagian Zona TM 3
Sistem proyeksi TM 3⁰
Di berlakukan di Instansi
BPN berdasarkan pasal 3 PMNA tahun 1997
Sistem proyeksi UTM
Di berlakukan di Instansi
BAKOSURTANAL berdasarkan Surat Keputusan Ketua BAKORSUTANAL No.019.202/1975
Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, sistem koordinat nasional
menggunakan sistem koordinat
proyeksi Transverse Mercator Nasional dengan lebar zone 3⁰ atau disingkat TM3 . Berdasarkan Peraturan
Pemerintah tersebut, sistem koordinat TM3
memiliki ketentuan – ketentuan sebagai berikut
1. Meridian sentral
zone TM-3 terletak 1,5
derajat di timur
dan barat meridian sentral zone UTM yang bersangkutan
2. Besaran faktor skala di meridian sentral yang digunakan dalam Zone
TM-3 adalah 0,9999
3. Titik nol
semu yang digunakan
mempunyai koordinat (X) =
200.000 m barat dan (Y) = 1.500.000 m selatan.
4. Model matematik bumi sebagai bidang referensi adalah spheroid
pada datum WGS-1984 dengan parameter a =
6.378.137 meter dan f = 1 / 298,25722357
World Geodetic System
1984 (WGS 84) selanjutnya dikenal juga dengan Datum Geodesi
Nasional 1995 (DGN 95). Selengkapnya, datum ini mempunyai parameter sebagai
berikut :
1. Jari-jari ekuator (a) = 6.378.137 m
2. Penggepengan (f) = 1 /
298,257223573.
3. Setengah sumbu pendek (b) = 6.356.752,314 m
4. Jari-jari kutub (c) = 6.399.593,626 m
5. Eksentisitas I kuadrat (e²
) = 0,006694380
6. Eksentrisitas II kuadrat (e'²
) = 0,006739497
Perbedaan/Persamaan TM3 dan UTM
* TM3 memiliki lebar zona 3 Derajat, sedangkan di UTM satu zona memiliki
lebar 6 Derajat.
* Satu Zona UTM dibagi menjadi dua zona TM3. MisalnyaUTM Zona 50 dibagi
menjadi TM3 Zona,50.1 dan TM3 Zona 50.2
* Proyeksi TM3 dan UTM sama-sama menggunakan Transverse Mercator
* False Easting setiap zona di TM3 adalah 200000, sedangkan di UTM adalah
500000
* False Northing setiap zona di TM3 adalah 1500000, sedangkan di UTM adalah
10000000
* Central meridian di TM3 berbeda dengan UTM. Tetapi prinsipnya sama.
Zona-zona UTM dibagia dua, meridian di setiap zona yang dibagi dua tersebut
otomatis menjadi Central meridian
* Scale Factor di TM3 adalah 0,9999 sedangkan di UTM adalah 0,9996
* Latitude of Origin sama yaitu 0 (nol) derajat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar