Travel
Cost Metode yaitu Premis dasar dari TCM adalah bahwa waktu dan biaya perjalanan
yang dibelanjakan oleh individu untuk mengunjungi suatu lokasi mencerminkan
“HARGA” bagi akses ke lokasi itu. TCM merupakan teknik yang pertama kali
mengasumsikan bahwa nilai suatu tempat rekreasi berkaitan dengan biaya
perjalanan yang dikeluarkan para pengunjung atau, logika sederhana metode
ini, yaitu nilai manfaat dari suatu situs/kawasan akan setara dengan biaya
perjalanan yang dilakukan oleh masyarakat untuk mengunjungi situs tersebut
(Turner, 2004 dalam Adrianto, 2010).
Travel
cost method dapat diterapkan di bidang-bidang :
1. Tempat
rekreasi
2. Cagar
alam, taman nasional, hutan yang digunakan untuk rekreasai
3. Bendungan,
waduk, hutan, wisata laut
4. Kilang
minyak
Travel
cost method (TCM) memiliki tiga pendekatan, yaitu:
1. Zonal
travel cost , dapat dilakukan hanya dengan menggunakan data sekunder dan
beberapa data sederhana yang dikumpulkan dari para pengunjung.
2. Individual
travel cost, menggunakan sebuah survei yang lebih terperinci terhadap para
pengunjung.
3. Random
utility, menggunakan survey dan data -data pendukung lainnya, serta teknik
statistika yang lebih rumit.
Setidaknya
ada tiga metode yang digunkan untuk menentukan nilai WTP dari seseorang untuk
perbaikan lingkungan yaitu:
Willingness
To Pay (WTP)
adalah kesediaan pengguna untuk mengeluarkan imbalan atas jasa yang
diperolehnya.
1. Revealed
Willingness to Pay Metode ini mengungkapkan nilai willingne ss to pay dengan
menghubungkannya pada sesuatu yang memiliki nilai pasar.
2. Imputed
Willingness to Pay Metode ini mengungkapkan nilai willingness to pay dengan
melihat berapa besar pengeluaran seseorang untuk mengurangi dampak dari
buruknya kualitas lingkungan terhadap dirinya.
3. Expressed
Willingness to Pay Metode ini mengungkapkan nilai willingness to pay dengan
menggunakan survei untuk menanyakan secara langsung pada seseorang terhadap
perubahan kualitas lingkungan yang didasarkan pada sebuah skenario hipotesis.
Sumber
data dalam menggunakan metode ini dapat menggunakan 2 sumber data yaitu :
1. Data
primer
Data
Primer didapatkan dari penelitiaan secara langsung terhadab Objek penelitian
yang didasarkan dari hasil kerja lapangan dalam bentuk surve dan wawancara dari
wisatawan yang seadang berkunjung di Tempat Wisata.
2. Data
Sekunder
Data
ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik, Kantor Dinas Pariwisata (Disparta),
dan Instansi Pemerintahan Kabupaten/Kota.
Kelebihan
dari metode ini dapat mengestimasi manfaat-manfaat ekonomi atau biaya-biaya
sebagai hasil dari:
1. Perubahan-perubahan
biaya masuk dari sebuah situs rekreasi.
2. Pengeluaran
terhadap sebuah situs rekreasi yang ada.
3. Tambahan
sebuah tempat rekreasi baru
4. Perubahan
kualitas lingkungan pada sebuah situs rekreasi.
Kekurangan
dalam menggunakan ini (Turner, 2004 dalam Adrianto, 2010)., yaitu:
1. Time
costs, sebuah TCM sederhana mengasumsikan bahwa travel cost hanya berkaitan
dengan pengeluaran untuk bahan bakar. Seharusnya, sebuah time cost dimasukkan
ke dalam travel cost sebagai sebuah refleksi dari nilai rekreasi sesungguhnya
dari para pengunjung.
2. Multiple
visit journeys, tak jarang para pengunjung dapat mengunjungi lebih dari satu
tempat rekreasi dalam satu hari sehingga mengakibatkan travel cost memiliki
margin for error yang tidak pasti terhadap masalah ini.
3. Substitute
sites, para pengunjung seringkali mengunjungi sebuah situs yang diukur nilainya
dengan TCM hanya sebagai situs pengganti dikarenakan tidak adanya lagi situs
yang dekat dengan rumah mereka.
4. House
purchase decision, sebagian pengunjung akan memutuskan untuk membeli sebuah
rumah di dekat tempat rekreasi yang dianggap telah memberikan nilai kepuasan
saat mengunjunginya.